Dear Bali...I'm coming, again.
Itulah yang selalu saya ucap begitu tepat menapak keluar bandara Ngurah Rai. Siapa sih yang nggak terpesona dengan keindahan Bali? Rasanya sebutan Pulau Dewata, Paradise Island bahkan Love Island (love yang menurut saya berarti membuat orang jatuh cinta ya) sangatlah pas, pantas dan membanggakan -iya dong kan saya juga orang Indonesia- dan rasanya tak pernah bosan untuk selalu ketagihan menikmati eksotismenya, entah itu pantai, sawah, spot-spot wisata, ya budaya dan nilai reigius-nya serta pastinya, kuliner.
Dadakan, gitu ceritanya. Berawal dari niatan ingin ikut Ubud Food Festival. Gayung pun bersambut begitu tahu ayah saya juga hendak ke Banyuwangi untuk urusan kejurnas. Pas bener. Kata sepakat pun meluncur itupun hampir batal ketika dikagetkan dengan kepergian mendadak salah seorang kerabat. Kalau batal ya udahlah, pikir saya. Syukurlah ternyata bisa berangkat. Yang jadi masalah *ehem* ini kali pertama saya ke Ubud *well, selalu ada yang pertama kan?* Sempat bingung karena tidak ada gambaran akan Ubud akhirnya saya surfing cari info dan cerita yang berujung memberi saya ide untuk nge-bolang, atau mungkin... 'agak backpackeran' *agak?* Habis sepertinya seru lebih-lebih nggak ngebayangin hematnya, biasanya ya bawa koper, booking hotel nyaman dan tetek bengek yang udah pasti, jadi tak ada salahnya mencoba pengalaman yang berbeda. Siapin dua ransel, satu untuk pakaian dan satunya lagi untuk dibawa hangout alias dibawa-bawa. Soal stamina sih no problemo, rajin jogging dan termasuk penggemar ber-jalan *ini loh alasan saya ngerasa nggak adil lahir di Indonesia yang kurang ramah soal fasilitas pejalan...tapi kalau ngomongin sambel sih... lol* Karena perbedaan keperluan dan tempat, saya memutuskan untuk berangkat terpisah dengan naik pesawat. Langsung di-drop ke bandara Juanda, sementara ayah saya ditemani sopir langsung melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi setelah itu baru menyusul. Keputusan naik pesawat juga baru deal sehari sebelumnya. Untungnya masih sempet dapat promo dengan begitu budget nge-bolang saya nggak sampai ambrol. Karena itulah saya sebut 'agak' karena terpaksa menyingkirkan niatan naik kereta lalu menyebrang via kapal dan diteruskan sampai Kuta. Kalau ikutan ayah saya, wah bisa kemaleman itupun masih harus nyari bus dan berganti angkutan beberapa kali -menurut cerita- sendiri lagi, jadi deh makin galau. Pesawat sempat delay setengah jam lebih *sempet deg-degan karena lupa ngedengerin pengumuman...kan malu kalau sampai dapat last-call*
Emang bener ya aura di Bali dan Pulau Jawa itu beda *ah itu juga karena excitement* Keluar bandara, langsung saja cari taksi. Ada satu pengalaman buruk yang selalu teringat tapi juga jadi pelajaran berharga kalau memutuskan naik taksi gelap -khususnya untuk yang baru pertama kali ke Bali- tawar harga dengan pasti di muka untuk tempat tujuan dan jangan keliatan bodoh. Lebih baik duduk di belakang juga -kalau ini kebiasaan- Pengalaman pernah keceplosan bertanya eh kena tipu diturunin masih jauh dari tempat tujuan. Alasannya klasik macet *beuh* Kalau mau aman ya naik taksi resmi di counter bandara yang terletak di sebelah kanan pintu keluar. Ongkosnya 80 ribu rupiah. Karena saya ikatbudget, jadinya nawar deh dan dapat 60 ribu rupiah turun dekat Kuta.
Untuk urusan hotel, sambil jalan-jalan dulu deh toh masih terang. Banyak kok kalau cari yang terjangkau / low-budget, yang terkenal ya sekitaran jalan Poppies Line 1 dan 2, jalan aja sepanjang situ -tetap cari yang nyaman dan setidaknya anda merasa aman- kalau tidak memusingkan budget maka hotel-hotel berbintang juga bertebaran di ruas-ruas jalan besar. Karena niatnya 'agak nge-bolang' otomatis jauhkan dari jangkauan, niat saya yang semula ambil di area Poppies juga saya batalkan begitu teringat ada hostel minimalis di kawasan Ground Zero bernama CX Hostels. Letaknya persis di belakang Ground Zero bersebelahan dengan Indomaret. Di Legian dan Raya Kuta juga ada kok cuma ini yang menurut saya paling strategis. Bangunannya mungil memanjang dua lantai, perhatikan saja ada siluet backpacker di depan *meski awalnya saya kira itu backpacker shop loh* Tersedia dua tipe kamar, 'bed' atau 'kapsul'. Pasti tahu ya kalau kapsul, sedang bed tersedia tiga kamar yang masing-masing berisi empat single wide-bed dapat selimut, handuk dan loker. Saya pilih bed -dan ternyata saya tempati sendirian...yayy..upss saya acak-acak juga sih hehe... Untuk kamar mandi berada di luar, meski menyerupai toilet mal dengan shower, ada air panas, sabun dan shampoo sebotol penuh, ya namanya juga hostel tapi bersih kok. Sarapan sederhana disediakan berupa roti tawar dengan jam fruit atau butter dioles sendiri, enaknya lagi juga disediakan dispenser air dingin/panas jadi kita nggak perlu takut kehausan, mau bikin kopi atau teh sendiri juga disediakan bersama gula plus toaster dan microwave untuk memanaskan makanan. Hostel ini juga menyediakan wi-fi lho. Nyaman banget kan? Yang bikin surprise, saya hanya membayar sebesar 110 ribu/malam! *di luar dugaan budget* Kalau lapar ya tinggal keluar karena dekat dengan restoran/kafe. Yang suka nge-bar/midnight party juga nggak perlu jalan jauh-jauh. Kalau lapar di tengah malam, Indomaret sebelah bisa jadi pilihan lho, tersedia makanan serta kopi siap santap/minum yang bisa minta dipanaskan and they have my fave...it's triangle onigiri in seaweed. Yum!~
table to table, sit down to whoever want to eat, drink, chats..though it give more noisy to others
kitchen tools and washing place, and long hand washes, tooth brushes in bottom right
not a really wide but not a small to bed-type room with locker for everyone, mirror so you can't hide anything and do forbidden thing while the air conditioner above is chilling you
and a brick bathroom just like you saw in mall, don't worry it's neat at least, why need to take a long time if you have exotic beaches outside?
Ground Zero monument was existed to commemorate all victims of Bali bomb tragedy, and if you see that mini mart board, aside is the hostel I stayed. Papan bundar, deket banget kan...
Usai berjalan-jalan, malam pertama disini juga saya habiskan untuk temu kangen dengan seorang sahabat, sister yang luar biasa menawan, bubbly, generous lady wannabe, hard-worker dan super menginspirasi saya. Bahkan sampai dibela-belain dibeliin Pai Susu khas Bali cap Enaaaak -tempatnya jauh sih- dan ini oleh-oleh titipan orang rumah. Tuh kurang apalagi coba? *psst, single loh... hihihi dibayar lunas ya sis* yang langsung menculik saya bersepeda motor-an menuju Denpasar demi menikmati seporsi nasi Babi Guling Ibu Candra -dengan mata berkaca-kaca....terharu...karena seporsi harganya 50 ribu rupiah! lain hal kalau dibungkus jatuhnya bisa bervariasi bahkan 10 ribu rupiah saja...wah jauh banget ya bedanya. Ah, sudahlah, pikir saya, tidak ada yang bisa menggantikan kenikmatan asli rasa dan makan ditempatnya *nyesel kok nggak nge-bungkus lagi juga* ditambah keseruan bertemu sahabat dan seorang teman lama yang dahulu satu kelas...so nice to see you again girls. Belum puas, saya diajak berkeliling menikmati semilir...brr..dinginnya angin malam *haha peace loh* dan berakhir dengan euforia segelas cup kecil gelato Gusto! yang sedang nge-hit di Bali saat ini. Serius enak banget. Suapan pertama sih saya masih ragu-ragu -antara makan enak atau bakal nambah gemuk- tapi selanjutnya, relain deh... lagi-lagi nyesel juga nggak kesampaian mencoba rasa yang lain.
Niat yang semula semalam saja menghabiskan waktu di Kuta-Legian bertambah semalam lagi. Hitung-hitung budget agak nge-bolang masih terkontrol. Banyakan kemana-mana ya jalan kaki hehe...tenang buat saya masih enteng kok. Namanya juga relaksasi pikiran dan tubuh. Kalau lelah juga gampang karena di kawasan Kuta/Legian banyak yang menyediakan jasa spa atau massage tradisional dengan harga bervariasi. Selektif aja. Dari hostel menuju ke pantai hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Saya pun menikmati berjalan-jalan, berhenti sejenak melihat-lihat dagangan, makan di beberapa kafe dan berpuas diri menikmati deburan ombak pantai. Di hari kedua ini rencana saya lebih gila lagi. Mau merasakan berjalan marathon dari gerbang pantai Kuta sampai ke pantai Legian dan merepet sedikit hampir ke Seminyak...wew! didobel sama perjalanan pulangnya *terima kasih ya kaki*. Seru aja karena bisa meng-explore lebih banyak. Lumayan bakar kalori juga kan. Tapi saya sih tetap aja menggemuk karena kuliner Bali enak-enak. Foto-foto dibawah ini saya ambil lewat kamera smartphone yang selalu setia stand-by menemani saya dengan GPS tracker yang jadi andalan saat mencari arah jalan/tempat.
*all pics are taken by smartphone, that's why I don't have night-mode photos since it goes blurry for sure...and because night is about partying, I guess?
captured some morning where the foreigners still sleeping, but day just really started again...paddy is sleeping...until night is coming again...
walking and then love to seeing how every home always has their secret holy door...
hello boy (would you mind to called by that?)
although these gave a dirty looks but put neatly, walking early morning to caught them anywhere...
I believe some people familiar with this...
and Jamie's, which I love to go...
found pretty oases (oasis) yet fragrance to every walker
the holy gate of exotic waves...
he's training...a future sign of lifesaver...
somehow, if you're bored, just get out then back again if sea is calling you again... if life is so simple like that...
a thousand marks, from generation to memoirs...marked, swept away, sanded...
be silence, and hear the sounds... you'll find inner peace...
because the world is only for two of us...
this kid attracted me with his training, let's go...
just relax, chill, but do not be afraid with the heat, sea is already calming you...
even you stayed alone in a lonely planet, somehow you'll know you're precious for...
the smooth movement from Kuta beach to Legian...
the beach bars has soon appearing...
and when I decided to stay until the sunset moment...
the cool school
a man, a tree, a couple of seat and a sea...
as it clearly said
well misters, now I'm argue what's so called hot, lol...
from the beach do straight walk, keep walking until soon you'll arrive to...the beach, lol..
at least the bonus is you gain a healthy body
because I see both is beauty...
memasuki Beachwalk, mall dengan konsep without wall dan friendly environment rasanya begitu sejuk meski sinar matahari masih mengenai dengan kuat. Desain yang nature, navy dan minimalis modern terasa luas dengan landscape taman dan kolam ikan di bagian depan. Paling suka dengan suasana rindah dan teduh di bagian dalamnya. Selain brand-brand resto/cafe, bakery, book shop, ada juga ruang pameran dan outdoor garden di lantai dua yang menghubungkan antar bangunan. Disini juga ada halte untuk shuttle bus Kura-Kura.
baca juga / also read :
Bali Getaway Part 2 - Short Walk in Ubud
Bali Getaway Part 3 - Ubud's Food Festival
Antonio Blanco's - When Art not just a Museum but Identity
Babi Guling Ibu Candra and Ibu Oka
Ayam Betutu Mas Beno
Palasari Church - A Jewel in Negara
Bali Getaway Part 3 - Ubud's Food Festival
Antonio Blanco's - When Art not just a Museum but Identity
Babi Guling Ibu Candra and Ibu Oka
Ayam Betutu Mas Beno
Palasari Church - A Jewel in Negara
0 komentar:
Post a Comment