Natal tlah tiba...
Menyambut Natal itu juga ibarat mempersiapkan menyambut akhir tahun. Menutup tahun juga. Selang lima hari bukanlah waktu yang lama. Entah cuma perasaan apa bukan, kemeriahan Natal itu -secara komersialisme- turut menambah kemeriahan Tahun Baru.
Masih ingat, waktu kecil *jangan tebak umur ya, masih muda kok, serius*
kerap saya membaca buku-buku cerita, ya cerpen, komik, dongeng yang berbau Natal sampai-sampai mengimpikan yang namanya 'keajaiban' yang ada dalam cerita tersebut. Konyol ya, berharap salju turun di negara yang tropis begini. Itu pun masih terpesona melihat kelap-kelip kilau lampu yang digambarkan meriah, kan kebanyakan cerita dongeng bergambar itu berlatar di negara Eropa. Gedung-gedung tinggi, mantel tebal, sepatu boot, cemara asli. Yah, semua imbas kebanyakan terinspirasi *ciehh* cerita-cerita tersebut. Hahaha...
Tapi, justru bukan disesali, betapa menyenangkan bisa mengisi masa kecil dengan mimpi-mimpi seperti itu. Bangga bisa membaca novel atau dongeng semacam itu. Tidak sinisme sih, kalau melihat anak-anak kecil jaman sekarang *baca: beda jaman* bacaannya gadget, dongeng pun lewat gadget. Apa lihat makanan khas Natal juga lewat gadget ya? Haha who knows....
Kalo disuruh nyebutin satu diantara mimpi itu, yang paling cepat terkabul ya ini. Bisa menikmati satu loyang cake alias tart utuh. Waktu kecil ya pasti girang bukan main. Sambil mengendap-endap takut-takut mencomot krim-nya, ketahun nggak ya, udah dicomot jadinya bopeng. Ada nggak yang ngerasain begitu?
Dan entah kenapa, itu menjadi tradisi *beli kuenya, bukan nyomot-nya* serasa tidak lengkap. Kalau di Indonesia ya sama seperti Lebaran tak lengkap tanpa kupat dan sayur opor sih. Sudah segede ini juga masih suka 'kalap' apalagi kalu ternyata itu cake cokelat yang kilaunya berasa berlapis-lapis legam. Hmm, lupakan diet...
Dan kemarin...
"Ada kiriman kue nih." celetuk Mama.
"Hmm.." pura-puranya nggak tertarik. Ini karena kalau di rumah orang tua, ada tetangga sebelah *sebelah lagi* yang sering memberi cake tiap Natalan.
"Baunya super enak lho" Tercium sih. Kayaknya saya sudah kayak ikan yang siap masuk pancingan hehe... Pas dilihat, senyum pun melebar. Lah, ada cokelatnya dan kawan-kawan. Upss, maksud saya ada coklat, mocca, kopi dan kepingan coklat yang mewah. Plus sehatnya buah anggur ungu setangkai. Di lingkarannya masih ditumpuk lembaran coklat tipis lagi.
Dan tahu sendirikan, ketika pisau kue muncul....
Lagipula nggak baik membiarkan cake-nya berlama-lama. Lha, dikirim-nya seminggu sebelum hati Natal ya nggak mungkin juga dibiarin sampai Natal tiba dong. Percaya kata orang, makin fresh makin enak :D
Semoga aja nggak pada ngiler.
Karena kalau dijabarin, cake pemberian seseorang yang masih hubungan kekerabatan ini memang enak. Yang memberi punya bakery shop *bangga deh* yang pasti dijamin enak. Teksturnya lembut, berhubung doyan bikin cake juga, bisa tercium butternya menggoda dengan perpaduan moka yang makin kuat dikala ini lidah tak sengaja bersentuhan dengan krim kopinya. Uh nyuss... *kok sensual begini?* Kalau coklatnya jelas begitu mengigit lembaran tipis nan hitam legam. Kluk kluk! *kalau kriuk kriuk nanti dikira gorengan :D
Krim rasa kopi dan moka-nya nggak cuma nendang tapi juga legit ringan di mulut. Spesial nih. Salah kalau ngebayangin bakal bikin eneg, yang nggak salah itu ngebayangin seenak gini dijual berapa ya. Saking enaknya *plus lapar* ini sih dilahap semua tanpa sisa *sambil mencoba nggak mengingat-ingat kalori* Tenang, selalu ada pepatah, diet itu besok. Ditambah satu pepatah lagi, mumpung cuma sekali setahun!
Saya nggak bermaksud iming-iming kok *sudah terlanjur kali*
Tapi dari sebundar cake seperti ini kemeriahan merayakan hari besar berasa khidmat. Khyusuk-nya belum. Ini urusan perut dulu, visual juga. Dan selebihnya, saya bersyukur. Seloyang cake tampak besar, bisa saja hadiah yang kecil, tapi karena hal kecil itulah menjadikannya bermakna besar.
Merry Christmas.
Selamat Natal bagi yang merayakan.
Dan perbedaan itu indah.
0 komentar:
Post a Comment