Bukan hanya soal makanan enak yang cepat habis, kalau berbicara soal waktu juga berjalan cepat. Tak terasa sudah dua minggu berlalu semenjak perayaan Imlek atau Tahun Baru China. Secara global, Imlek senantiasa dirayakan dalam kemeriahan, suka-cita yang mengharu-
Begitu juga perayaan Cap Go Meh yang jatuh pada hari kelima belas setelah Imlek. Secara harfiah, perayaan ini dirayakan untuk memperingati hari terakhir perayaan Imlek. Nah, di beberapa negara memiliki sebutan yang berbeda-beda, semisal di China sendiri dinamakan festival Yuan Hsiao Cieh, ada juga yang menyebutnya festival Shang Yuan. Di Singapura dan Malaysia juga dirayakan, Hong Kong, Taiwan serta Vietnam. Bahkan ada juga yang menyebut sebagai China's Valentine Day. Widiih nggak kebayang apa harus ngasih coklat ya? Sedang disini dikenal Cap Go Meh. Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien. Kalau dijabarin satu-persatu, Cap itu berarti Sepuluh, Go itu lima dan Meh adalah malam. Jadi, malam kelima belas.
Apa yang dirayakan?
Naik mesin waktu dulu yuk... Awalnya perayaan ini diadakan untuk memberi penghormatan kepada Dewa tertinggi di masa Dinasti Han. Perayaan ini juga ditengarai sebagai awal keberadaan lampu-lampu kertas cantik nan warna-warni yang sekarang kita kenal sebagai Lampion. Makanya juga ada keberadaan festival Lampion kan? Juga menurut sejarah, pada waktu itu perayaan dilakukan di malam hari dan masih terbatas pada kalangan lingkungan istana. Barulah setelah pemerintahan dinasti berganti, perayaan ini mulai dinikmati secara umum oleh kalangan masyarakat di luar istana dan dirayakan dengan tujuan bersenang-senang. Mungkin ini juga cikal bakal keberadaan lion atau barongsai? *mesin waktunya kurang jauh nih...*
Sebuah hidangan khas muncul di masa itu, yang melambangkan bentuk bulan -karena dirayakan di malam hari- dinamakan Yuan Xiao dan memiliki arti "malam di hari pertama". Yuan Xiao berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung beras *mengingatkan sama ronde? Iya, itu juga salah satu peleburan budaya loh :D Kalau di Indonesia, ada satu hidangan yang khas banget.
Lontong Cap Go Meh.
Mendengar istilah Cap Go Meh saja jelas ini budaya Tionghoa, namun penambahan kata 'Lontong' menjelaskan sebuah pembauran / peleburan budaya, dalam hal ini budaya Jawa. Semua bermula dari kedatangan para pedagang termasuk kaum Tionghoa di masa lalu yang kemudian ada yang menetap lalu menikah dengan penduduk lokal. Dan ketika perayaan ini tiba, penduduk Peranakan yang bermukim di tanah Jawa mengadopsi hidangan yang biasa mereka santap dengan mengganti sajian tepung beras itu dengan lontong (yang sama-sama berbahan beras dan menggumpal). Ini juga yang menjelaskan mengapa Lontong Cap Go Meh populer di tanah Jawa, terlebih bagi penduduk Peranakan - Jawa menjadi tradisi yang diteruskan sampai sekarang.
Lapar ya....
Apa saja isinya yang harus ada di hidangan ini?
Sederhana atau mewah, hidangan ini punya banyak menu pendamping dan semuanya biasa disajikan sepiring. Memang, menikmati Lontong Cap Go Meh itu seperti tengah berpesta. Persis sebuah perayaan. Persis tengah mengobrol dengan bermacam orang yang berbeda karakter. Serupa tak sama dengan nasi campur. Ada paduan rasa gurih, lembut, lunak sampai pedas. Kalau komplit begini, sepiring ya sudah bikin enak kekenyangan *hihi kecuali yang porsi kuli*
Lontong
Ingat soal Yuan Xiao? Bagi kaum Peranakan - Jawa, keberadaan Yaun Xiao tetap dianggap penting namun pembauran budaya Jawa maka digantilah Lontong. Kesamaan-nya, berbahan tepung beras. Bentuk lontong yang panjang diibaratkan panjang umur bagi yang menyantapnya, sedang padatnya dianggap sebagai keberuntungan yang banyak/tidak habis. Kelembutan tekstur Lontong juga dipercaya sebagai langkah hidup yang mulus alias tidak melalui banyak hambatan. Penggunaan lontong dalam hidangan ini memang nyatanya pas. Selain cepat mengenyangkan, rasa tawarnya menetralkan kadar sajian yang mungkin saja terlalu gurih atau pedas. Lontong juga enak dimakan sambil menyeruput kuah opor.
Opor Ayam
Sebagai hidangan asli Indonesia, Opor Ayam juga populer sebagai hidangan wajib saat Lebaran. Opor ayam serupa hidangan Kari Ayam, namun memiliki warna kuah yang lebih jernih dari minyak dan flavor yang lebih ringan. Warna kuning opor dipercaya sebagai lambang keberuntungan atau emas yang bermakna rezeki. Bahkan kalau diandaikan lagi, kuah-nya dipercaya memperlancar perjuangan hidup. Paduan kuah opor kontras dengan rasa tawar dari lontong namun serasi dinikmati bersamaan ditambah daging ayam kampung yang gurih membuatnya maknyuss. Biasanya juga disertakan potongan separuh telur rebus. Enak loh, meleburkan kuning telur-nya membuat kuahnya makin kental dan kaya rasa. Telur rebus sendiri diibaratkan kantong keberuntungan.
Bubuk Kedelai
Terasa dua kali lebih nendang menikmati soto ayam dicampur koya. Koya merupakan serbuk yang terbuat dari kerupuk udang dan bawang goreng yang dihancurkan halus dan dicampur rata. Koya bisa disajikan disini, namun umumnya yang digunakan adalah kedelai yang disangrai lalu ditumbuk bersama bawang putih dan beberapa bumbu lain hingga halus.
Serundeng / Kelapa Kukus
Bubuk kedelai saja nggak cukup, tekstur hidangan ini makin asyik dengan keberadaan serundeng atau kelapa parut yang sudah dikukus dengan tambahan gula, garam dan daun jeruk yang ditumbuk halus. Selain harum, serundeng menambah nilai kompleks karena kerenyahan-nya, tekstur lunak berair yang gurih saat tergigit.
Sambal Goreng Hati (Ati Ampela)
Jeroan. Iya..iya...kolestrol. Sedikit aja kok. Makin mewah. Tekstur sambal goreng berbahan hati dan rempela yang kontras empuk, kenyal dan liat pasti enak banget. Apalagi kalau dipadukan dengan irisan petai, wuih bisa ngebayangin aroma dan kenyal-kenyul saat mengunyah? Makin ramai kalau juga disedikan macam Sambal Goreng lainnya seperti Sambal Goreng Kacang Panjang dan Sambal Goreng Kentang. Kalau yang terakhir ini, rasanya klop berdansa dengan lontong di dalam mulut. Kesamaan tekstur lembut keduanya kayak sejoli. Penggunaan cabe / lombok dan asam khas dan lengkuas membuat hidangan ini makin nendang *nendang melulu...*
Sayur Lodeh, Lodeh Terong, Lodeh Manisa
Sebelum ngomongin Lodeh, satu bahan yang bikin nikmat adalah Santan. Nah tau kan betapa gurihnya hidangan yang memakai bahan perasan air kelapa? Hidangan berkuah Sayur Lodeh (nangka muda) bisa menjadi teman atau pengganti opor di beberapa versi. Lebih umum, keberadaan sajian lodeh terong atau manisa alias irisan labu. Ada juga yang menggunakan rebung alias bambu muda. Semuanya dimasak dengan santan menjadikannya harum juga sedap. Hmm bisa bayangin kalau semua itu dikunyah bersamaan? Krenyes-krenyes hap. Nikmat.
Sambal Terasi
Apa yang kurang nendang meski segalanya sudah terasa begitu gurih? Yup, pemabahan sambal bukan hal yang spesial. Tidak semua menyajikan, tetapi karena selera orang Jawa yang doyan pedes, terkadang sambal itu membuatnya makin menggiurkan!
Kerupuk Udang
Kerupuk aja saja bisa. Tapi rasa khas kerupuk udang serta tekstur kokohnya kerupuk ini memang tak tergantikan. Tidak hanya cocok di hidangan ini saja melainkan banyak hidangan lain seperti nasi goreng atau kari. Dan iya, orang Indonesia memang doyan kerupuk di segala macam hidangan yang disantapnya.
Acar
Kalau yang ini semua pasti tahu. Rasa acar ini lebih berasa acar kuning yang segar. Dipotong kotak-kotak kecil. Tujuannya untuk mengimbangi rasa yang lain sekaligus meningkatkan nafsu.Sedikit saja. Eh, lagi. Makin nikmat deh.
Ada yang kurang? Ya nambah lagi sepiring! lol :D
Layaknya sebuah perayaan, itulah yang tergambarkan dari hidangan ini. Sebuah hidangan yang mengarak akhir perayaan Imlek sekaligus tanda perpaduan dan pembauran budaya. Lezat pula.
0 komentar:
Post a Comment