Berkesempatan untuk mengunjungi daerah lain terkadang bisa membawa inspirasi baru dan mencicipi berbagai ragam kuliner yang ada di tempat tersebut. Di Tuban, sebuah kota berbatasan dengan pantai di wilayah Jawa Timur, kota yang terkenal dengan hasil ikan lautnya, pantai yang membentang di sepanjang perbatasan kota, menikmati debur ombak dan nelayan-nelayan yang bercengkerama dengan cahaya matahari, bau laut, angin malam dan perahu-perahu gagah bertaut di perbatasan antara pantai dan laut. Disini juga bisa ditemui klenteng besar, yang menjadi sebuah penjaga kedamaian unsur duniawi dan spiritualitas dan melekat erat sebagai lambang ragam akan kebudayaan, selain kota ini juga terkenal sebagai kedatangan para turis beragama islam yang melakukan ziarah.
Kental dengan kekayaan lautnya, sembari menemani kerabat yang tinggal di kota ini, aku menikmati waktu berjalan-jalan di sepanjang pantai, melihat aktivitas para nelayan dan penjual ikan di pasar ikan yang menjadi jujukan utama bagi mereka. Datanglah di siang hari kira-kira pukul dua siang untuk melihat keramaian para nelayan dan penjual yang melelang hasil tangkapan laut mereka. Riuh dengan tawar-menawar, meski sesekali ragam tangkapan ikan bergantung karena cuaca dan sifat laut pada saat itu. Kita bisa menemukan banyak ikan segar, dari yang masih kecil hingga besar, dan mungkin, sudah menginap. Udang, cumi, sotong, juga hadir disini. Tempat yang kecil dan berada di gang-gang perumahan rakyat menjadi lorong kehidupan yang menggambarkan aktivitas para nelayan tersebut.
Sambil berjalan hingga di ujung jalan yang berbeda, dan bahkan di salah satu ujung jalan yang menuju jalan raya, aku menemukan para penjual ikan asap! Seperti riuhnya suara pelelangan dan penjual ikan yang menawarkan hasil laut mereka, disini, aku juga menemukan riuhnya kabut asap yang saling berebutan untuk terlahir dan melayang ke udara, membawa bau khas mereka ketika memanggang ikan, Ya, ikan asap. Baunya yang khas sudah tercium bahkan lima puluh meter dari aku berjalan melewati lorong menuju kesana. Dibakar dengan menggunakan batok kelapa yang diletakkan dalam ember besar hingga mengeluarkan asap yang lebat. Sangat sulit untuk melihat dan bernafas pertama kalinya, terlebih ketika kita berada di arah angin yang bertiup. Mengagumkan melihat bagaimana para penjual itu bertahan di keadaan itu. Setelah memastikan aku kuat untuk menahan asap yang mengganggu sekaligus menggoda itu, dan melihat bagaimana asap pertama mengepul ketika ikan dibakar.
Beruntungnya, aku berkesempatan mengabadikannya. Ikan kakap, tenggiri besar, dorang, atau potongan ikan-ikan tersebut tampak berdiri menggoda dalam tusukan bambu dan diletakkan di dalam ember beralaskan koran, dan menantang liur ku untuk mencicip aroma yang khas itu. Tawar menawar adalah keharusan ketika tertarik untuk membelinya. Memastikan saja untuk mendapatkan harga yang murah untuk ukuran ikan yang sepadan, walau terkadang ada harga yang sepadan dengan usaha mereka. Tetaplah menawar, karena itulah nilai seninya yang menambah kenikmatan rasa ikan asap ini. Setelah itu, bersama kerabat yang menemani membeli, aku memutuskan untuk membeli separuh bagian tengah ke ekor ikan tenggiri yang besar. Mendekatkan hidungku, aku merasakan aroma sedap yang kuat karena penggunaan batok kelapa itu sebagai bahan untuk mengasapi. Selain itu faktor kesegaran ikan juga paling penting. Aku bertanya ke penjualnya dan mereka mengatakan selalu ikan yang segar yang ditangkap hari itu yang digunakan. Itu sebabnya kita perlu menawar harga yang mahaltapi tentunya, kita tetap perlu jeli untuk bisa membedakan ikan yang segar dan kurang. Permukaan ikan yang sudah diasap terlihat begitu kering seperti lembaran kain coklat yang tipis, mudah mengelupas tetapi membiarkan daging di dalamnya tetap lembab. Aku pikir ini versi sangat bagus untuk penggemar ikan yang sedang diet tetapi tidak perlu merasa kuatir atau eneg dengan aroma asap yang terlalu berlebihan. Sudah tidak sabar rasanya untuk memakannya dengan nasi hangat, mencelupnya dalam saus kecap lombok dan dilumuri air jeruk untuk menambah lebih banyak keanekaragaman rasanya yang semakin...yummy!
0 komentar:
Post a Comment